SELAMAT DATANG

HAVE FUN

JUMLAH ANGGOTA ` Boss Over Time ` YANG HADIR:

Rabu, 14 September 2011

BIOGRAFI AUGUSTE COMTE

BIOGRAFI AUGUSTE COMTE


Auguste Comte

Riwayat Hidup
Auguste Comte dilahirkan di Montpellier, Prancis tahun 1798, keluarganya beragama khatolik dan berdarah bangsawan. Dia mendapatkan pendidikan di Ecole Polytechnique di Prancis, namun tidak sempat menyelesaikan sekolahnya karena banyak ketidakpuasan didalam dirinya, dan sekaligus ia adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak.
Comte akhirnya memulia karir profesinalnya dengan memberi les privat bidang matematika. Namun selain matematika ia juga tertarik memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat terutama minat ini tumbuh dengan suburnya setelah ia berteman dengan Saint Simon yang mempekerjakan Comte sebagai sekretarisnya.
Kehidupan ekonominya pas-pasan, hampir dapat dipastikan hidupa dalam kemiskinan karena ia tidak pernah dibayar sebagaimana mestinya dalam memberikan les privat, dimana pada waktu itu biaya pendidikan di Prancis sangat mahal.
Pada tahun 1842 ia menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Course of Positive Philosophy dalam 6 jilid, dan juga karya besar yang cukup terkenal adalah System of Positive Politics yang merupakan persembahan Comte bagi pujaan hatinya Clothilde de Vaux, yang begitu banyak mempengaruhi pemikiran Comte di karya besar keduanya itu. Dan dari karyanya yang satu ini ia mengusulkan adanya agama humanitas, yang sangat menekankan pentingnya sisi kemanusiaan dalam mencapai suatu masyarakat positifis.
Comte hidup pada masa akhir revolusi Prancis termasuk didalamnya serangkaian pergolakan yang tersu berkesinambungan sehingga Comte sangat menekankan arti pentingnya Keteraturan Sosial.
Pada tahun 1857 ia mengakhiri hidupnya dalam kesengsaraan dan kemiskinan namun demikian namanya tetap kita kenang hingga sekarang karena kegemilangan pikiran serta gagasannya.
Konteks Sosial dan Lingkungan Intelektual
Untuk memahami pemikiran Auguste Comte, kita harus mengkaitkan dia dengan faktor lingkungan kebudayaan dan lingkungan intelektual Perancis. Comte hidup pada masa revolusi Perancis yang telah menimbulkan perubahan yang sangat besar pada semua aspek kehidupan masyarakat Perancis. Revolusi ini telah melahirkan dua sikap yang saling berlawanan yaitu sikap optimis akan masa depan yang lebih baik dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebaliknya sikap konservatif atau skeptis terhadap perubahan yang menimbulkan anarki dan sikap individualis.
Lingkungan intelektual Perancis diwarnai oleh dua kelompok intelektual yaitu para peminat filsafat sejarah yang memberi bentuk pada gagasan tentang kemajuan dan para penulis yang lebih berminat kepada masalah-masalah penataan masyarakat. Para peminat filsafat sejarah menaruh perhatian besar pada pertanyaan-pertanyaan mengenai apakah sejarah memiliki tujuan, apakah dalam proses historis diungkapkan suatu rencana yang dapat diketahui berkat wahyu atau akal pikiran manusia, apakah sejarah memiliki makna atau hanyalah merupakan serangkaian kejadian yang kebetulan. Beberapa tokoh dapat disebut dari Fontenelle, Abbe de St Pierre, Bossuet, Voltaire, Turgot, dan Condorcet. Para peminat masalah-masalah penataan masyarakat menaruh perhatian pada masalah integrasi dan ketidaksamaan. Tokoh-tokohnya antara lain Montesquieu, Rousseau, De Bonald.
Dua tokoh filusuf sejarah yang mempengaruhi Comte adalah turgot dan Condorcet. Turgot merumuskan dua hukum yang berkaitan dengan kemajuan. Yang pertama berisi dalil bahwa setiap langkah berarti percepatan. Yang kedua adalah hukum tiga tahap perkembangan intelektual, pertama, orang pertama menemukan sebab-sebab adanya gejala-gejala dijelaskan dalam kegiatan mahluk-mahluk rohaniah, kedua, gejala-gejala dijelaskan dengan bantuan abstraksi dan pada tahap ketiga orang menggunakan matematika dan eksperimen. Menurut Condorcet, Studi sejarah mempunyai dua tujua, pertama, adanya keyakinan bahwa sejarah dapat diramalkan asal saja hukum-hukumnya dapat diketahui (yang diperlukan adalah Newton-nya Sejarah). Tujuan kedau adalah untuk menggantikan harapan masa depan yang ditentukan oleh wahyu dengan harapan masa depan yang bersifat sekuler. Menurut Condorcet ada tiga tahap perkembangan manusia yaitu membongkar perbedaan antar negara, perkembangan persamaan negara, dan ketiga kemajuan manusia sesungguhnya. Dan Condorcet juga mengemukakan bahwa belajar sejarah itu dapat melalui, pengalaman masa lalu, pengamatan pada kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan peradaban manusia, da menganalisa kemajuan pemahaman manusia terhadap alamnya.
Dan penulis yang meminati masalah penataan masyarakat, Comte dipengaruhi oleh de Bonald, dimana ia mempunyai pandangan skeptis dalam memandang dampak yang ditimbulkan revolusi Perancis. Baginya revolusi nii hanya menghasilkan keadaan masyarakat yang anarkis dan individualis. De Bonald memakai pendekatan organis dalam melihat kesatuan masyarakat yang dipimpin oleh sekelompok orang yang diterangi semangat Gereja. Individu harus tunduk pada masyarakat.
Comte dan Positivisme
Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kamu positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis.
Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte. Menurut Simon untuk memahami sejarah orang harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum yang menguasai proses perubahan. Mengikuti pandangan 3 tahap dari Turgot, Simon juga merumuskan 3 tahap perkembangan masyarakat yaitu tahap Teologis, (periode feodalisme), tahap metafisis (periode absolutisme dan tahap positif yang mendasari masyarakat industri.
Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala ( diinspirasi dari de Bonald), sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala (diinspirasi dari filsafat sehjarah Condorcet).
Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu :
1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup
3. Metode ini berusaha ke arah kepastian
4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.
Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan.
Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Comte termasuk pemikir yang digolongkan dalam Positivisme yang memegang teguh bahwa strategi pembaharuan termasuk dalam masyarakat itu dipercaya dapat dilakukan berdasarkan hukum alam. Masyarakat positivus percaya bahwa hukum-hukum alam yang mengendalikan manusia dan gejala sosial da[at digunakan sebagai dasar untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan sosial dan politik untuk menyelaraskan institusi-institusi masyarakat dengan hukum-hukum itu.
Comte juga melihat bahwa masyarakat sebagai suatu keseluruhan organisk yang kenyataannya lebih dari sekedar jumlah bagian-bagian yang saling tergantung. Dan untuk mengerti kenyataan ini harus dilakukan suatu metode penelitian empiris, yang dapat meyakinkan kita bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.
Untuk itu Comte mengajukan 3 metode penelitian empiris yang biasa juga digunakan oleh bidang-bidang fisika dan biologi, yaitu pengamatan, dimana dalam metode ini [eneliti mengadakan suatu pengamatan fakta dan mencatatnya dan tentunya tidak semua fakta dicatat, hanya yang dianggap penting saja. Metode kedua yaitu Eksperimen, metode ini bisa dilakukans ecara terlibat atau pun tidak dan metode ini memang sulit untuk dilakukan. Metode ketiga yaitu Perbandingan, tentunya metode ini memperbandingkan satu keadaan dengan keadaan yang lainnya.
Dengan menggunakan metode-metode diatas Comte berusaha merumuskan perkembangan masyarakat yang bersifat evolusioner menjadi 3 kelompok yaitu, pertama, Tahap Teologis, merupakan periode paling lama dalam sejarah manusia, dan dalam periode ini dibagi lagi ke dalam 3 subperiode, yaitu Fetisisme, yaitu bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri. Politheisme, muncul adanya anggapan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang mengatur kehidupannya atau gejala alam. Monotheisme, yaitu kepercayaan dewa mulai digantikan dengan yang tunggal, dan puncaknya ditunjukkan adanya Khatolisisme.
Kedua, Tahap Metafisik merupakan tahap transisi antara tahap teologis ke tahap positif. Tahap ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dalam akal budi. Ketiga, Tahap Positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir, tetapi sekali lagi pengetahuan itu sifatnya sementara dan tidak mutlak, disini menunjukkan bahwa semangat positivisme yang selalu terbuka secara terus menerus terhadap data baru yang terus mengalami pembaharuan dan menunjukkan dinamika yang tinggi. Analisa rasional mengenai data empiris akhirnya akan memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum yang bersifat uniformitas.
Comte mengatakan bahwa disetiap tahapan tentunya akan selalu terjadi suatu konsensus yang mengarah pada keteraturan sosial, dimana dalam konsensus itu terjadi suatu kesepakatan pandangan dan kepercayaan bersama, dengan kata lain sutau masyarakat dikatakan telah melampaui suatu tahap perkembangan diatas apabila seluruh anggotanya telah melakukan hal yang sama sesuai dengan kesepakatan yang ada, ada suatu kekuatan yang dominan yang menguasai masyarakat yang mengarahkan masyarakat untuk melakukan konsensus demi tercapainya suatu keteraturan sosial.
Pada tahap teologis, keluarga merupakan satuan sosial yang dominan, dalam tahap metafisik kekuatan negara-bangsa (yang memunculkan rasa nasionalisme/ kebangsaan) menjadi suatu organisasi yang dominan. Dalam tahap positif muncul keteraturan sosial ditandai dengan munculnya masyarakat industri dimana yang dipentingkan disini adalah sisi kemanusiaan. (Pada kesempatan lain Comte mengusulkan adanya Agama Humanitas untuk menjamin terwujudnya suatu keteraturan sosial dalam masyarakat positif ini).
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat dasar dari suatu organisasi sosial suatu masyarakat sangat tergantung pada pola-pola berfikir yang dominan serta gaya intelektual masyarakat itu. Dalam perspektif Comte, struktur sosial sangat mencerminkan epistemologi yang dominan, dan Comte percaya bahwa begitu intelektual dan pengetahuan kita tumbuh maka masyarakat secara otomatis akan ikut bertumbuh pula.
Perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan yang lainnya selalu mengikuti hukum alam yang empiris sifatnya dan Comte merumuskan ke dalam 3 tahapan yaitu tahap Teologis, Metafisik dan Positif. Dimana dalam tahap teologis dimana pengetahuan absolut mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan dari tindakan langsung dari hal-hal supranatural. Tahap metafisik mulai ada perubahan bukan kekuatan suoranatural yang menentukan tetapi kekuatan abstrak, hal yang nyata melekat pada semua benda. Dan fase positif, sudah meninggalkan apa-apa yang dipikirkan dalam dua tahap sebelumnya dan lebih memusatkan perhatiannya pada hukum-hukum alam.
Jika ditilik dari penjelasan diatas maka bentuk dari perkembnagan sejarah Auguste Comte sulit untuk dipastikan apak mengikuti alur linier atau mengikuti alur spiral tetapi yang jelas Comte tidak terlalu murni menggunakan kedau alur tersebut, yang pasti ia mengarah pada progresifitas dimana masyarakat positif merupakan cita-cita akhirnya yang sebelum nya harus melalui 2 tahapan dibawahnya, yaitu tahap Teologis dan Metafisik

TEORI SOSIOLOGI MENURUT PARA AHLI

1. Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

4.  J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5.  Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi

Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.

7. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9.  William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
11. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
Selain itu ada juga beberapa definisi Sosiologi di bidang pendidikan menurut para ahli:
1. F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
2.  H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
3. Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
4. F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6. Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.

Sabtu, 30 Juli 2011

PENGERTIAN BANGSA MENURUT PARA AHLI


pengertian bangsa dan negara berdasarkan para ahli

Pengertian Bangsa dan Negara menurut Ahli:
a. Ernest renan (perancis) bangsa terbentuk karena adanya keinginan hdp bersama
b. Otto bauer (jerman) bangsa adalah kelompok manusia yg mempnyai persamaan karakter. Karakteristik tmbh karna adany persamaan nasib.
C. F ratzel (jerman) bangsa terbentuk karena adanya hastrat bersatu
d. Hans kohn (jerman) bangsa adalah hasil tenaga hidup manusia dlm sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yg beraneka ragam dan tidak dapat dirumuskan secara pasti.

1. Bangsa dlm arti etnis: klmpk manusia yg brasal usul tunggal baik dlm arti kturunan maupun kewilayahan.
2. Bangsa dlm arti kultural: sklmpk manusia yg menganut kbudayaan yg sama.
3. Bangsa dlm arti politis: merupakan klmpk manusia yg mendukung suatu organisasi kekuatan yg dsbut negara tanpa menyelidiki asal usul kturunan nya

unsur2 terbentukny negara: rasa untuk bersatu, tekad untuk hidup bersama, rasa nasionalisme.
Menurut Friederich Hertz tiap bgsa mempunyai 4 unsur aspirasi:
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan n kebebasan nasionalisme sepenuhny.
3. Keinginan dlm kemandirian, keunggulan, individualitas, keaslian atau kekhasan.
4. Keinginan untuk menonjol d antara bgsa2 dlm mengejar kehormatan, pengaruh, n prestise.

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Pengertian Negara:
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.

PENGERTIAN NEGARA MENURUT PARA AHLI

Definisi Negara Oleh Para Ahli
Negara merupakan integrasi kekuasaan politik, organisasi pokok kekuatan politik, agency (alat) masyarakat yang memegang kekuasaan mengatur hubungan antarmanusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan di dalamnya. Dengan demikian negara mengintegrasikan dan membimbing berbagai kegiatan sosial penduduknya ke arah tujuan bersama.

Beberapa definisi negara oleh para ahli :

* Benedictus de Spinoza: “Negara adalah susunan masyarakat yang integral (kesatuan) antara semua golongan dan bagian dari seluruh anggota masyarakat (persatuan masyarakat organis).”

* Harold J. Laski: The state is a society which is integrated by possessing a coercive authority legally supreme over any individual or group which is part of the society. A society is a group of human beings living together and working together for the satisfaction of their mutual wants. Such a society is a state when the way of life to which both individuals and associations must conform is defined by a coercive authority binding upon them all. (Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat.

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara jika cara hidup yang harus ditaati – baik oleh individu maupun asosiasi-asosiasi – ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat mereka semua).

* Dr. W.L.G. Lemaire: Negara tampak sebagai suatu masyarakat manusia teritorial yang diorganisasikan.
* Hugo de Groot (Grotius): Negara merupakan ikatan manusia yang insyaf akan arti dan panggilan hukum kodrat.
* Leon Duguit: There is a state wherever in a given society there exists a political differentiation (between rulers and ruled) …

* R.M. MacIver: The state is an association which, acting through law as promugated by a government endowed to this end with coercive power, maintains within a community territorially demarcated the external conditions of order. (Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat di suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa).

* Prof. Mr. Kranenburg: “Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa.”
* Herman Finer: The state is a territorial association in which social and individual forces of every kind struggle in all their great variety to control its government vested with supreme legitimate power.
* Prof.Dr. J.H.A. Logemann: De staat is een gezags-organizatie. (Negara ialah suatu organisasi kekuasaan/ kewibawaan).

* Roger H. Soltau: The state is an agency or authority managing or controlling these (common) affairs on behalf of and in the name of the community. (Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat).
* Max Weber: The state is a human society that (succesfully) claims the monopoly of the legitimate use of physical force within a given territory. (Negara adalah suatu masyarakat yang memonopoli penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah).
* Bellefroid: Negara adalah suatu persekutuan hukum yang menempati suatu wilayah untuk selama-lamanya dan dilengkapi dengan suatu kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.

* Prof.Mr. Soenarko: Negara adalah organisasi masyarakat di wilayah tertentu dengan kekuasaan yang berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.
* G. Pringgodigdo, SH: Negara adalah suatu organisasi kekuasaan atau organisasi kewibawaan yang harus memenuhi persyaratan unsur-unsur tertentu, yaitu harus memiliki pemerintah yang berdaulat, wilayah tertentu, dan rakyat yang hidup teratur sehingga merupakan suatu nation (bangsa).

* Prof. R. Djokosutono, SH: Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
* O. Notohamidjojo: Negara adalah organisasi masyarakat yang bertujuan mengatur dan memelihara masyarakat tertentu dengan kekuasaannya.
* Dr. Wiryono Prodjodikoro, SH: Negara adalah suatu organisasi di antara kelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia itu.

* M. Solly Lubis, SH: Negara adalah suatu bentuk pergaulan hidup manusia yang merupakan suatu community dengan syarat-syarat tertentu: memiliki wilayah, rakyat dan pemerintah.
* Prof. Miriam Budiardjo: Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.

* Prof. Nasroen: Negara adalah suatu bentuk pergaulan manusia dan oleh sebab itu harus ditinjau secara sosiologis agar dapat dijelaskan dan dipahami.
* Mr. J.C.T. Simorangkir dan Mr. Woerjono Sastropranoto: Negara adalah persekutuan hukum yang letaknya dalam daerah tertentu dan memiliki kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan kepentingan umum dan kemakmuran bersama.

Kamis, 09 Juni 2011

Kartu Ucapan Aneh

Shasa melangkah menuju kelasnya di lantai dua dengan bersemangat. Hari masih pagi. Murid-murid sekolah dasar TUNAS belum banyak yang datang. Mendekati ruang kelasnya, tangannya meraba kantong kecil di bagian samping tas sekolahnya. Bibirnya tersenyum saat merasakan tonjolan kecil. Kado buat Nia yang sudah ia siapkan. Hmmm.. kira-kira bagaimana reaksi Nia bila menerimanya kelak ya?
“Naah.. Tuh, Shasa datang!”
Shasa yang baru saja masuk ke dalam kelas tertegun. Nia, Rara dan Fira tengah menatap kearahnya dari tempat duduk Nia.
“Kesini, Sha!” Panggil Rara yang pertama kali melihat kedatangannya.
Shasa mendekat dengan heran setelah terlebih dahulu meletakkan tasnya. “Ada apa?” tanyanya.
“Ada kerjaan buat kamu,” kali ini Fira buka suara.
“Kerjaan?” Shasa jadi semakin bingung mendengarnya. Kenapa teman-temannya jadi membicarakan tentang pekerjaan? Memangnya kelas empat SD sudah boleh bekerja?
“Tadi pagi Nia mendapati kartu ini di laci mejanya,” Fira menjelaskan sambil menyodorkan sebuah kartu.
Shasa membolak-balikkan kartu itu. Sebuah kartu berukuran seperempat buku tulis. Sepertinya bukan kartu yang banyak dijual di toko-toko melainkan dibuat sendiri dari karton berwarna Ungu. Warna kesukaan Nia. Di depannya terdapat bunga-bunga kecil terbuat dari pita lengkap dengan daunnya yang dilekatkan dengan lem. Di bagian belakangnya terdapat gambar babi kecil yang lucu dengan ekornya yang melingkar.
“Wooii.. Jangan dibolak-balik saja. Baca dong tulisan di dalamnya,” kata Rara dengan gemas. Rupanya ia tidak dapat menahan diri untuk tidak berkomentar melihat Shasa sejak tadi hanya membolak-balikkan kartu yang dipegangnya.
“Loh.. bilang dong dari tadi kalau aku harus membaca bagian dalamnya,” Shasa cekikikan. Rara cemberut. Shasa membuka kartu yang sejak tadi dipegangnya. Di bagian dalam kartu itu terdapat tulisan. Hurufnya kecil-kecil dan rapih.

nuhat gnalu tamales
kitnac habmat
aynnaritkart uggnutid

Shasa mengernyitkan kening. Ini bahasa apa ya? Pikir Shasa bingung. Bukan bahasa Inggris, bukan pula bahasa daerah. Hmmm.. bahasa yang aneh..
“Gimana, Sha?” tanya Rara.
“Apanya yang bagaimana?” Shasa balik bertanya.
“Ya ampun, Shasaaa…,” Rara berseru gemas. Bibirnya cemberut. Shasa tak dapat menahan cekikikannya.
“Maksud Rara, kamu mengerti tidak yang tertulis di kartu itu?” Fira buru-buru menengahi.
“Nggak,” Shasa menjawab polos. Matanya menatap satu persatu teman-temannya dengan pandangan tak bersalah.
“Katanya hobi baca buku misteri. Katanya ingin jadi detektif. Buktikan dong,” Rara mencibirkan bibirnya.
Shasa hanya tersenyum-senyum mendengar kata-kata Rara. “Oh.. jadi aku diminta memecahkan misteri kartu ucapan aneh ini,” Shasa mengangguk-anggukan kepala.
“Capek deehh..” Rara meletakkan sebelah tangannya di dahi. Nia dan Fira cekikikan melihatnya.
“Bagaimana sih ceritanya sampai kamu menemukan kartu ini?” tanya Shasa ingin tahu. Ditatapnya Nia dengan serius. Tanpa menunda-nunda, Nia segera menceritakan kisahnya.
Kalau mendengar cerita Nia, kartu ucapan itu memang misterius. Ketika tiba di kelas dan hendak memasukkan tas berisi baju olahraga ke dalam laci, Nia menemukan kartu itu. Tidak ada nama pengirimnya. Hanya ada gambar babi kecil di bagian belakang amplop sama seperti yang ada dibagian belakang kartu.
Shasa memilin-milin rambutnya dengan jari tangannya. Kebiasaannya bila sedang berfikir. Hmmm.. benar-benar kartu ucapan yang misterius.
“Ketika aku tiba di kelas tadi pagi, baru Deden dan Oca yang sudah datang,” tambah Nia.
Shasa melemparkan pandangannya ke luar kelas. Dilihatnya kedua anak laki-laki yang namanya disebut oleh Nia sedang asyik bercengkerama di dekat pagar pembatas. Sepertinya tidak mungkin salah satu dari mereka yang menjadi pengirim kartu misterius. Keduanya bukan tipe yang peduli dengan ulang tahun teman mereka. Lagipula tulisan tangan mereka tidak mirip dengan tulisan yang ada di kartu.
“Nanti aku pikirkan deh, siapa tahu saat istirahat nanti aku mendapat wangsit. Lagipula sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi,” kata Shasa sambil melihat ke arah jam dinding yang ada di depan kelas. Mereka pun membubarkan diri dan menuju bangku masing-masing.
“Eh, kamu mau kemana?” tanya Rara ketika dilihatnya Shasa terburu-buru menuju pintu kelas saat bel istirahat berbunyi.
“Sebentar, aku mau ke ruang Tata Usaha dulu. Nanti aku segera kembali ke kelas,” Shasa menjawab sambil bergegas.
Aduh.. ramai sekali suasana saat istirahat. Shasa sampai harus berdesak-desakkan saat menuruni tangga. Selesai menyerahkan uang untuk membayar catering kepada petugas Tata Usaha, Shasa setengah berlari kembali menuju kelasnya. Mudah-mudahan nanti ia akan mendapatkan ide untuk memecahkan kata-kata misterius di kartu ucapan yang diterima Nia.
“Saking terburu-burunya, di ujung tangga Shasa nyaris bertabrakan dengan dua orang murid kelas tiga yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Kalau susu dibalik jadi apa, hayo?” salah seorang dari mereka bertanya
“Jadi usus,” jawab yang lainnya.
“Salah dong, yang benar itu susu dibalik jadi tumpah,” yang pertama bertanya menjelaskan.
Shasa tersenyum-senyum sendiri mendengarnya. Eh, nanti dulu.. apa tadi katanya? Dibalik?
Begitu tiba di kelas, Shasa segera mengambil kartu ucapan misterius yang sedang diperhatikan oleh Nia, Rara dan Fira. Dibawah tatapan heran teman-temannya, Shasa membaca kata-kata yang tertulis di kartu. Kalian penasaran bagaimana Shasa bisa membacanya? Coba deh dibalik. Naahh.. sudah bisa membacanya kan?
“Lantas siapa yang menulis kartu itu?” kejar Rara.
Belum juga Shasa menjawab, dari pintu kelas terdengar teriakan, “Niaaa.. Pulang sekolah traktir burger dong di kantin. Kamu ulang tahun kan hari ini?”
Seorang anak perempuan tersenyum lebar di pintu kelas. Rambutnya dikuncir dua. Ikat rambutnya berhiaskan boneka babi berwarna ungu. Tangannya membawa dompet kecil begambar babi dengan ekornya yang melingkar.
“Itu dia yang menulis kartu ucapan dengan gambar babi kecil,” Shasa menunjuk ke arah Ghina, sepupu Nia yang masih tersenyum.
Nia menepuk dahinya. “Kok aku tidak terfikir ke arah sana ya?” sesalnya. “Seharusnya aku ingat kalau Ghina itu mengoleksi pernak-pernik bergambar babi.”
“Hebat.. Shasa bisa memecahkan misteri kartu ucapan yang aneh,” puji Fira.
“Shasa gitu loh,” Shasa menjawab sambil mengedip-ngedipkan matanya.
“Huuu.. Narsis..!” ketiga temannya berseru serempak. Shasa tertawa-tawa. Diambilnya kado kecil yang sudah disiapkannya untuk Nia.
“Met ultah ya,” ucapnya sambil menyerahkan kado ke tangan Nia.
Buat kalian yang masih kesulitan membaca ucapan yang ada di kartu, yuk kita baca dari belakang ke depan.

selamat ulang tahun
tambah cantik
tambah pintar
ditunggu traktirannya

Jam Dinding Maju Mundur

“Dorr..!”

“Uhh… Dasar usil!”

Shasa tertawa cekikikan melihat ekspresi wajah Nia yang kaget bercampur kesal.

“Habis, pagi-pagi sudah bengong sambil menatap jam dinding,” Shasa berkata sambil masih tersenyum-senyum.

Nia menunjuk jam dinding yang terpasang di dinding luar ruang guru. “Itu loh, jam dindingnya rusak,” kata Nia.

“Ah, masa’ sih?” Shasa menatap jam dinding yang dimaksud. Jam itu menunjukkan pukul Tujuh kurang Limabelas menit. Kedua jarumnya bergerak teratur. “Kok kamu bisa bilang jam dindingnya rusak?” tanya Shasa setelah beberapa saat menatap jam dinding.

“Aku berangkat dari rumah jam Tujuh kurang Limabelas menit. Begitu aku sampai disekolah dan melihat jam dinding itu ternyata masih jam Tujuh kurang Limabelas menit.” Nia menjelaskan.

“Ah, masa’ sih?” Shasa berkomentar dengan nada sangsi.

“Uhh.. kamu ini! Ah, masa’ sih.. Ah, masa’ sih.. Ya sudah kalau kamu tidak percaya.” Sambil cemberut Nia membalikkan badan.

“Eh, eh, jangan ngambek dulu dong,” Shasa berkata sambil mencekal tangan Nia.

Pada saat itu, lewatlah pak Yono, guru olahraga di dekat mereka. Mau tak mau, Nia terpaksa menghentikan langkahnya.

“Assalamu’alaikum, Pak!” sapa Shasa. “Eh, sekarang jam berapa ya, Pak?” tanya Shasa sopan.

Sambil menjawab salam Shasa, pak Yono mengulurkan tangannya. Dengan cepat Shasa melihat waktu yang ditunjukkan jam tangan Pak Yono dan membandingkannya dengan waktu yang ditunjukkan jam dinding.

“Jam dinding itu tidak rusak ,” bisik Shasa setelah Pak Yono berlalu. “Aku sudah mencocokkannya dengan jam tangan pak Yono.”

“Siapa tahu jam tangan Pak Yono juga rusak,” kata Nia bersikukuh dengan pendapatnya.

“Yeee… maksa gitu..,” sekarang giliran Shasa yang berkomentar dengan nada dongkol. “Siapa tahu jam dinding di rumah kamu yang rusak.”

“Yeee… Masa’ semua jam dinding di rumahku rusak sih,” bantah Nia.

Berdua mereka berjalan bersisian menuju ruang kelas mereka di lantai tiga. Tak lama kemudian terdengar bel masuk berbunyi.

Shasa mencolek bahu Nia yang duduk di depannya. “Tuh kan, apa aku bilang, jam dinding di ruang guru tadi tidak rusak,” kata Shasa.

“Uhh.. kamu ini.. Di rumahku ada tiga buah jam dinding. Semuanya menunjukkan waktu yang sama. Kalau salah satunya rusak sementara dua jam dinding lainnya menunjukkan waktu yang sama, artinya semua jam dinding di rumahku rusak dong,” bantah Nia.

Shasa terdiam. Aneh juga ya. Masa’ ada jam dinding maju mundur begitu? Shasa jadi penasaran.

Esok harinya, Shasa sengaja memperhatikan jam dinding di rumahnya sebelum berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, buru-buru ia menuju ruang guru.

“Ah, sama kok,” gumam Shasa.

“Gimana?” sebuah suara terdengar dari arah belakang Shasa. “Jam dinding siapa yang rusak?”

“Jam dinding kamu,” kata Shasa.

“Yeee… maksa gitu..” Nia menirukan kata-kata Shasa.

“Loh.. jam di rumahku sama kok dengan jam di sekolah,” kata Shasa tak mau kalah. “Tadi sebelum aku berangkat, aku kan memperhatikan dengan seksama.”

Nia terdiam. Dahinya berkerut.

“Gini deh, nanti sepulang sekolah aku akan bertapa memecahkan misteri ini.” Kata Shasa.

Nia menonjok bahu Shasa. “Uhh.. anak usil seperti kamu mau bertapa? Baru duduk diam sebentar pasti sudah gak tahan.”

Shasa tertawa-tawa. “Loh.. bertapa ala Shasa itu tidak perlu duduk diam. Itu sih sudah kuno. Pakai bertapa gaya baru dong. Mendengarkan lagu sambil menikmati susu coklat dingin.. mantaaaappp…”

Nia ikut tertawa-tawa. “Dasaaarrrr…!”

Malamnya, Nia sedang asyik menonton televisi ketika mama memberitahunya Shasa menelepon.

“Ada apa, Sha?” tanya Nia.

“Sekarang kamu lihat deh jam dinding di rumah kamu!” suara Shasa terdengar bersemangat di telepon.

Nia menoleh ke arah jam dinding.

“Pasti sekarang jam dinding kamu menunjukkan pukul 7.15. iya kan?”

“Iya,” jawab Nia. “Memangnya kenapa?”

“Berarti aku sudah berhasil memecahkan misteri jam dinding yang maju mundur,” Shasa berkata dengan nada riang.

“Apanya yang dipecahkan?” tanya Nia bingung. “Kamu kan tadi hanya bertanya jam berapa sekarang.”

“Besok deh aku ceritakan selengkapnya. Sekarang aku mau kembali bertapa memecahkan misteri-misteri lainnya.”

“Dasaarrrr…” Nia berseru gemas kemudian menutup telepon. Ah, dia jadi tidak sabar ingin cepat-cepat bertemu Shasa.

Keesokan harinya, Shasa menyodorkan selembar surat kabar.

“Apaan nih?” tanya Nia bingung.

“Kamu lihat deh di halaman yang memuat acara-acara televisi,” kata Shasa.

Nia membuka surat kabar yang disodorkan Shasa masih dengan perasaan bingung.

“Ingat gak semalam ketika aku menelepon kamu, kamu sedang menonton acara apa?”

Nia menyebutkan sebuah acara di salah satu stasiun televisi.

“Acara itu baru mulai kan?” tanya Shasa lagi.

Nia menganggukkan kepalanya. “Terus apa hubungannya dengan misteri jam dinding maju mundur yang katanya sudah berhasil kamu pecahkan?” tanya Nia.

“Aduuhh… kamu lihat dong di surat kabar itu. Acara yang kamu tonton semalam itu dimulai pada pukul berapa,” Shasa berkata dengan nada tidak sabar.

“Pukul Tujuh malam,” jawab Nia setelah memperhatikan susunan acara televisi.

“Ingat gak, jam dinding kamu menunjukkan pukul berapa ketika aku meneleponmu semalam?” tanya Shasa lagi.

“Pukul 7.15.” jawab Nia. Tak lama kemudian kedua matanya membesar. “Apa itu artinya… artinya..”

Shasa meneruskan perkataan Nia yang terputus. “.. Kalau kamu masih ragu-ragu, nanti pulang sekolah kamu cek lagi saja.” Shasa mengakhiri kata-katanya.

“Wah.. kamu memang hebat. Tidak sia-sia kemarin kamu bertapa,” puji Nia.

“Shasa gitu loh,” kata Shasa sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya.

“Dasaaaaarrrr…!”

Eh, kalian sudah tidak bingung lagi dengan misteri jam dinding yang maju mundur itu kan?

Ibu Nia sengaja memajukan lima belas menit semua jam yang ada di rumah Nia. Tujuannya supaya Nia tidak terlambat tiba di sekolah. Itu sebabnya ketika Nia tiba di sekolah dan melihat jam dinding di luar ruang guru, ia menjadi bingung karena jam dinding itu menunjukkan waktu yang sama dengan saat dia berangkat ke sekolah. Padahal Nia tentu memerlukan waktu tempuh dari rumahnya hingga tiba di sekolah, bukan? Artinya tidak mungkin jam dinding di sekolah menunjukkan waktu yang sama dengan saat Nia berangkat ke sekolah.

Ketika Shasa menelepon Nia malam itu, jam dinding di rumah Nia menunjukkan pukul 7.15 menit. Padahal menurut jadwal acara televisi yang ada di surat kabar, acara itu seharusnya dimulai pukul 7.00.

Nah, kalau kamu mengalami kejadian seperti Nia, jangan terburu-buru menyimpulkan jam dinding di sekolahmu rusak ya! Hehehe…